Anak Biologi Mau Jadi Apa?

Juni 29, 2017

Kuliaaah

Sebagai mahasiswa biologi, saya dihadapkan dengan setumpuk materi kuliah yang wajib dihafal. Setiap hari, saya disuguhi materi-materi yang wajib untuk dihafal jika ingin mendapat nilai baik di mata kuliah yang jumlahnya 'bejibun' tersebut. Lantas hal ini membuat saya berpikir "untuk apa saya berkuliah?".

Kalau dipikir-pikir, buat apa mahal-mahal kuliah kalau kita hanya dididik untuk menjadi penghafal? Jika boleh saya berandai-andai, misalkan saya jadi bos besar sebuah perusahaan yang bergerak di bidang biologi dan membutuhkan seseorang untuk dipekerjakan. Saya akan lebih memilih lulusan yang 'sedang-sedang saja' tapi punya pemikiran cemerlang ketimbang lulusan cum laude tapi otaknya hanya dipenuhi oleh hafalan-hafalan. Kalau cuma ingin tahu tentang biologi, saya bisa saja beli sepaket buku biologi & paket internet untuk browsing daripada membayar lulusan biologi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.

Jadi gudang atau pabrik? 

Ada dua jenis manusia yang dihasilkan universitas, yaitu gudang materi dan pabrik gagasan. Jenis yang pertama adalah orang yang dengan hebatnya mampu menguasai materi-materi perkuliahan. Ia rajin belajar, mencatat perkuliahan, dan mengerjakan soal ujian dengan baik. Sedangkan jenis yang kedua lebih banyak berpikir, mengamati fenomena-fenomena alam yang dihubungkan dengan ilmu yang ia miliki, dan menggunakan daya kreativitasnya untuk mengatasi permasalahan di bidang yang ia tekuni.

Anak-anak ber-IPK tinggi layak untuk menjadi jauh lebih berharga daripada sekedar gudang. Inteligensia mereka sia-sia jika hanya menjadi penganut Campbell. Inteligensia memang penting, tapi bagaimana menggunakan inteligensia tersebut jauh lebih penting. IPK memang penting sebagai bentuk kerja keras dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa. Tapi come on guys, that's not what are we studying for. Alangkah capeknya kita belajar hanya untuk angka-angka di SKL. Kita layak mendapatkan yang lebih berharga dari itu: kebermanfaatan bagi masyarakat.

Mahasiswa layak mendapatkan yang lebih berharga dari sekedar IPK, yaitu kebermanfaatan bagi masyarakat.

Dosen presenter atau inspirator? 

Dosen sekarang pun banyak yg hanya sekedar presentasi memberikan materi. Dosen yg seperti itu saya seringkali memilih untuk tidur karena nanti malam apa yg disampaikan dosen itu juga bisa saya baca sendiri. Saya justru lebih mengapresiasi dosen yang tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga permasalahan-permasalahan yang ada sehingga pikiran kita lebih terbuka. Selain itu, dosen yang merupakan inspirator bagaikan motor penggerak bagi mahasiswa pabrik gagasan. Ia akan banyak membicarakan tentang ide. Ilmunya yg banyak akan mempengaruhi pandangannya mengenai satu masalah, kemudian gagasan-gagasannya akan menginspirasi kita yang muda dan lebih bertenaga untuk mengeksplor ide tersebut, mengembangkannya, bahkan mewujudkannya menjadi sebuah karya.

Dosen seperti inilah yang sebenarnya menerapkan esensi dari perkuliahan itu sendiri. Karena menurut saya, kuliah bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) itu mempelajari apa yang sudah ada, untuk kemudian mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut lebih luas dan mendalam. Misteri alam apa yang belum terkuak, disitulah kita berpikir dengan landasan ilmu-ilmu yang sudah kita capai saat ini. Dengan perluasan ilmu pengetahuan baru tersebut kemudian dapat bermanfaat pengembangan bidang-bidang lain yang berkaitan. Itulah mengapa kita diwajibkan melakukan penelitian (skripsi) sebelum lulus dari perkuliahan.

Saya sering membayangkan seandainya para dosen tidak sekedar menjejali materi, tetapi juga menginspirasi mahasiswanya untuk tak hanya mencari tahu, tetapi juga mencari solusi dari berbagai permasalahan di bidangnya. Dosen yang presentasi di depan kelas dan memberi ujian berdasarkan bahan kuliah tersebut mungkin menganggap tujuannya secara profesional hanya agar mahasiswanya tahu dan hafal. Tapi dosen yang menginspirasi dan memberi ujian bersifat analitik akan mengajak mahasiswa untuk berpikir, mengamati fenomena di sekitar, menjawab permasalahan, dan menjadikan kita manusia-manusia yang berguna bagi orang lain dengan ilmu yang kita miliki.

Entahlah... Kita doakan saja

Dengan segala minusnya, bukan berarti sistem perkuliahan yang ada saat ini tak menghasilkan apapun. Faktanya banyak pemuda-pemuda hebat yang mengharumkan nama Indonesia dengan inovasi dan prestasinya. Banyak pula di antara teman-teman saya yang pengetahuannya luar biasa hebat digunakan untuk meneliti, mengajar, bahkan berbisnis. Kakak tingkat yang telah lulus pun merasakan manfaat dari titel S.Si dan IPK yang ia raih untuk mengejar karier di dunia kerja. Mungkin kita masih belajar bagaimana caranya belajar yang baik. Bukan berarti saya yang paling tahu sistem pendidikan yang baik itu seperti apa. Hanya saja saya berkeyakinan bahwa keresahan itu adalah awal dari perubahan. Semoga kita bisa memetik pelajaran.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook