Disorientasi Definisi Sukses

Juni 28, 2016

Disorientasi Definisi Sukses
Disorientasi Definisi Sukses | sumber: dok. pribadi



Kesuksesan banyak diartikan sebagai kemapanan seseorang yang dilihat dari perusahaan besar, jabatan tinggi, rumah megah, mobil mewah, dan sebagainya. Tidak salah jika orang beranggapan bahwa kekayaan sebagai indikator kesuksesan, apabila memang orang tersebut meletakkan kekayaan sebagai aim atau tujuan hidupnya, karena makna sukses menurut Oxford English Dictionary, “success” didefinisikan sebagai “the accomplishment of an aim or purpose” yang berarti keberhasilan dalam menyelesaikan tujuan. Sayangnya definisi tersebut dikembangkan lebih lanjut sehingga muncul definisi kedua dalam Oxford Dictionary, yaitu “the attainment of fame, wealth, or social status”. Pengertian seperti ini lebih pantas ditujukan bagi orang-orang yang menganut paham sekuler yang menilai harta adalah segalanya, dan manusia hidup untuk menumpuk kekayaan, mencari ketenaran, serta kedudukan.
Kesuksesan memang erat kaitannya dengan harta, karena pada umumnya orang yang berhasil meraih impiannya akan mendapat kemudahan dalam memperoleh penghidupan yang mapan. Pintu rezeki akan terbuka lebar dan uang akan menghampirinya dengan mudah, asalkan impian tersebut merupakan sebuah target yang tinggi dan akan menempatkan dirinya di kedudukan yang tinggi. Bill Gates, seorang mahasiswa drop out yang bermimpi mendirikan perusahaan komputer terbesar di dunia. Ketika ia mewujudkan mimpinya tersebut, dapat dikatakan ia telah sukses. Uang pun mengalir ke kantongnya sebagai hasil jerih payahnya. Keberhasilannya mendirikan Microsoft adalah apa yang disebut kesuksesan, sedangkan statusnya sebagai milyarder hanyalah side effect. Demikian halnya dengan Cristiano Ronaldo yang bermimpi menjadi pesepakbola hebat kelas dunia. Mimpinya menjadi mega bintang di dunia sepak bola yang terwujud adalah kesuksesan. Adapun besarnya penghasilan yang ia peroleh merupakan implikasi dari kesuksesan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sukses berarti berhasil mencapai tujuan, sedangkan kaya hanyalah “buntut” dari kesuksesan.
Asumsi yang banyak berkembang di masyarakat bahwa orang sukses adalah orang yang kaya raya sebenarnya berpotensi membawa dampak buruk bagi pola pikir generasi muda. Mindset seperti ini membahayakan karena dapat menyebabkan orang yang ingin sukses melakukan berbagai cara untuk menjadi 'orang sukses' (baca: orang kaya), salah satunya korupsi sebagaimana pendapat Abraham Samad, mantan ketua KPK, “generasi muda telah mengalami disorientasi bahwa orang yang berhasil haruslah yang kaya raya, maka ketika lulus kuliah mereka berlomba-lomba bagaimana harus menjadi kaya demi mengejar predikat sukses tersebut”. Oleh karena itu, pandangan ini harus diluruskan untuk mencegah maraknya tindak pidana yang dilakukan ‘orang ingin kaya’ sebagai jalan pintas.
Belajar dari sejarah, tidak sedikit kisah kesuksesan seseorang yang tidak diiringi dengan kekayaan. Misalnya Jose Mujica, presiden Uruguay yang sukses menekan angka kemiskinan dari 37 persen menjadi 11 persen, menjadi presiden termiskin di dunia karena mendonasikan 90% gajinya. Ada pula kisah Nelson Mandela yang sukses membebaskan Afrika Selatan dari kolonialisme dan apartheid, berkehidupan sederhana tak ubahnya masyarakat biasa. Tidak hanya soal harta, ketenaran juga sering dijadikan parameter kesuksesan. Namun tidak demikian bagi Tim Berners-Lee, penemu HTML dan World Wide Web (WWW). Karyanya yang mengubah dunia menjadi era digital seperti saat ini, tidak membuatnya dikenal banyak orang karena ia menolak untuk mematenkan temuannya tersebut, dan dengan tulus ia memberikan penemuannya kepada dunia.
Dari kisah-kisah tersebuh dapat diambil pelajaran, bahwa kekayaan bukanlah parameter kesuksesan. Materialisme dan sekularisme yang dijadikan ideologi hanya akan membutakan mata hati, keserakahan hanya akan membuat kita lupa halal dan haram. Sukses itu tidak harus kaya, dan orang kaya itu belum tentu sukses. Kesuksesan itu impian yang diraih dengan kerja keras, bukan jalan pintas.

Orang sukses yang melupakan ambisinya untuk mengejar kekayaan, mengubur nafsunya terhadap kenikmatan dunia, dan lebih memilih untuk menebar kebahagiaan bagi orang banyak itulah yang jauh lebih menginspirasi ketimbang jutawan yang hanya menumpuk harta untuk dirinya. Orang yang meletakkan harta sebagai tujuan hidupnya tidak akan pernah puas karena kekayaan tidak ada batasnya. Sedangkan orang yang bermimpi menjadi presiden, pelukis hebat, musisi ulung, penemu berpengaruh, atau pengusaha sukses yang mampu membantu roda perekonomian negeri akan menemukan puncak perjuangannya ketika impiannya itu terwujud. Kesuksesan yang dicapai akan terasa manis, ditambah harta, kebahagiaan dan kebanggaan sebagai buahnya. Saat itu pula mereka dapat menebar manfaat bagi banyak orang dan memotivasi orang lain untuk meraih kesuksesannya masing-masing. Sementara orang yang ingin kaya, terus saja mengejar-ngejar uang dengan segala cara.

You Might Also Like

4 comments

  1. Finally, a new post.
    Sering2 atuh bapak, ur writing always inspires me and maybe a lot of people too

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha bisa aja dy... U are also an inspiring person, perhaps you could share your thoughts through writings, to inspire more people like u did to me. :-bd
      Congrats for ur awesome GPA last semester btw, keep it up :-d

      Hapus
    2. I have,actually, but a long long time ago. So it probably already expired :p
      I will start to make writings again, soon. Just wait for it haha

      Thank you :)
      Congrats for you too bisa ke tahap final dan semifinal di kompetisi yg berbeda. Semoga bisa lanjut teruss aamiin

      Hapus

Like us on Facebook