Syukur yang Luar Biasa

Desember 03, 2014

Setiap pagi aku terbangun oleh kokok ayam yang berseru menyambut mentari. Kemudian aku beranjak dari ranjang meraih jendela, membukanya dengan kedua tangan penuh semangat. Aroma embun yang lembap menyatu dengan oksigen terasa sejuk merasuk ke dalam paru-paru. Terlihat pula pepohonan menari-nari bersama irama angin, menggoyang cahaya mentari yang menembus sela-sela dedaunan. 

Alangkah indahnya suasana pagi hari! Tidak mampu lisanku menahan luapan syukur dalam hati, atas karunia Tuhan yang memberi kesempurnaan pada tubuh ini.

Alhamdulillah...

Ucapku pelan, seakan menambah nada di nyanyian alam pagi hari yang harmonis.

Aku dianugerahi pendengaran, penglihatan, penciuman, lisan, dan tubuh yang lengkap. Tetapi banyak saudaraku yang tidak memiliki kesempurnaan seperti diriku. Adilkah Engkau, wahai Tuhan?

Aku bertanya pada diriku sendiri, "Apakah saudara-saudaraku yang mengalami disabilitas mempertanyakan ketidaksempurnaan yang mereka miliki kepada Tuhan? Pernahkah mereka memprotes? Ataukah mereka meragukan ke-Maha-Adil-an Tuhan?" Pertanyaan ini terus berputar di benakku, sampai akhirnya aku temukan jawabannya di sebuah situs yang beralamatkan: http://solider.or.id. Ternyata ketidaksempurnaan tidak menghalangi seseorang dengan disabilitas untuk berkarya dan tidak pula menjatuhkan semangat dalam menjalani hidup.

Aku yang tertarik pada disabilitas memancing daya imajinasiku untuk membuat karangan cerpen yang terinspirasi dari teman-temanku yang mengalami disabilitas, di antaranya telah aku tulis dalam postingan berjudul "Joni dan Galah Istimewa"

Belajar memahami kaum difabel membuatku mengerti satu hal yang seringkali dilupakan orang-orang normal, yaitu rasa syukur. Bersyukur bisa makan, punya rumah, dan berpakaian adalah hal yang bagus, tapi pernahkah kita bersyukur bisa melihat, bisa bicara, bisa mendengar, bisa berjalan? Rasa syukur seperti itulah yang luar biasa.

Nah, setelah memanjatkan syukur atas kesempurnaan yang kita miliki? Bagaimana sikap kita terhadap saudara-saudara kita yang mengalami disabilitas?

Baca lanjutannya di: Harmoni dalam Inklusi


Temu Inklusi 2014

You Might Also Like

3 comments

Like us on Facebook