Garuda Bertani, Indonesia Berdikari
Mei 01, 2013
Tagline yang saya usungkan untuk pertanian Indonesia yaitu:
Kekuatan bangsa yang diwakili oleh simbol burung Garuda selama ini tidak dimaksimalkan untuk menggarap tanah pertanian Indonesia. Seandainya kekuatan tersebut digunakan untuk menggerakkan sektor agraria, Indonesia pasti akan mampu menunjukkan kemandirian dalam memproduksi makanan, bahkan menjadi produsen bahan pangan bagi dunia.
Dalam urusan pertanian, Indonesia memiliki faktor-faktor pendukung yang dapat diandalkan sebagai modal memajukan pertanian yang diumpamakan sebagai sayap yang menjadi penunjang terbangnya Garuda. Sayap Garuda yang pertama adalah SDM. Sumber Daya Manusia Indonesia yang menang dalam hal kuantitas, menjadi modal yang baik untuk dapat menjadi motor penggerak pertanian. Menjadi petani tidak memerlukan keahlian khusus, tidak perlu sekolah tinggi, cukup dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam bercocok tanam. Oleh karena itu, pertanian adalah tujuan yang tepat bagi kaum tunakarya yang jumlahnya masih 7,24 juta. Dengan begitu, seperti pepatah "sekali dayung dua tiga pulau terlampaui", masalah pengangguran teratasi, dan pertanian dapat berkembang. Tetapi untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak untuk pertanian dibutuhkan peran pemerintah. Perlunya sosialisasi, penyuluhan, dan pelatihan kerja untuk menjadi petani menjadi tanggung jawab pemerintah.
Selain SDM, sayap Garuda yang lain terdapat pada tersedianya lahan dan tanah yang subur. Luas lahan persawahan Indonesia adalah sekitar 8,6 juta ha dan 41% terdapat di pulau Jawa. Itu artinya lahan di pulau-pulau lain belum diolah untuk produksi pangan, sehingga ketersediaan lahan tidak perlu dipusingkan sebagai penghambat kemajuan pertanian.
Bila kita mengingat kembali perjuangan membangun bangsa di era kepemimpinan presiden Soeharto. Kala itu sektor pertanian mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Hasilnya, Indonesia mampu melakukan swasembada pangan. Meski modal diperoleh dengan cara yang kurang bijak, setidaknya mampu membuktikan keperkasaan pertanian bangsa ini bila dikembangkan secara intensif.
Dari penjabaran ini, dapat disimpulkan bahwa makna Tagline yang saya usung ini adalah "Apabila kekuatan negara terfokus pada bidang pertanian, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang berdikari dalam hal penyediaan pangan". Jika pertanian maju, maka ketersediaan pangan cukup. Jika ketersediaan pangan cukup, maka bahan pangan mudah didapat. Jika bahan pangan mudah didapat, maka kehidupan rakyat makmur dan tidak ada rakyat yang kelaparan.
"Garuda Bertani, Indonesia Berdikari"
Versi lain tagline tersebut saya buat dalam bahasa Sansekerta, yang berbunyi "Garuda Among Tani, Nagara Bandawasa" yang berarti bahwa jika Garuda bertani, negara akan menjadi kuat. Mungkin versi kedua ini dapat pula dipertimbangkan mengingat penggunaan bahasa Sansekerta cukup menarik untuk dijadikan sebuah motto.
Adapun makna tagline yang saya junjung terinspirasi dari burung Garuda. Burung Garuda begitu familiar di masyarakat, karena merupakan lambang negara Indonesia. Burung mitologis ini menurut kepercayaan Hindu adalah kendaraan dewa Wisnu. Garuda adalah simbol kekuatan, mencirikan bangsa Indonesia yang tangguh.
Kekuatan bangsa yang diwakili oleh simbol burung Garuda selama ini tidak dimaksimalkan untuk menggarap tanah pertanian Indonesia. Seandainya kekuatan tersebut digunakan untuk menggerakkan sektor agraria, Indonesia pasti akan mampu menunjukkan kemandirian dalam memproduksi makanan, bahkan menjadi produsen bahan pangan bagi dunia.
Dalam urusan pertanian, Indonesia memiliki faktor-faktor pendukung yang dapat diandalkan sebagai modal memajukan pertanian yang diumpamakan sebagai sayap yang menjadi penunjang terbangnya Garuda. Sayap Garuda yang pertama adalah SDM. Sumber Daya Manusia Indonesia yang menang dalam hal kuantitas, menjadi modal yang baik untuk dapat menjadi motor penggerak pertanian. Menjadi petani tidak memerlukan keahlian khusus, tidak perlu sekolah tinggi, cukup dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam bercocok tanam. Oleh karena itu, pertanian adalah tujuan yang tepat bagi kaum tunakarya yang jumlahnya masih 7,24 juta. Dengan begitu, seperti pepatah "sekali dayung dua tiga pulau terlampaui", masalah pengangguran teratasi, dan pertanian dapat berkembang. Tetapi untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak untuk pertanian dibutuhkan peran pemerintah. Perlunya sosialisasi, penyuluhan, dan pelatihan kerja untuk menjadi petani menjadi tanggung jawab pemerintah.
Selain SDM, sayap Garuda yang lain terdapat pada tersedianya lahan dan tanah yang subur. Luas lahan persawahan Indonesia adalah sekitar 8,6 juta ha dan 41% terdapat di pulau Jawa. Itu artinya lahan di pulau-pulau lain belum diolah untuk produksi pangan, sehingga ketersediaan lahan tidak perlu dipusingkan sebagai penghambat kemajuan pertanian.
Bila kita mengingat kembali perjuangan membangun bangsa di era kepemimpinan presiden Soeharto. Kala itu sektor pertanian mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Hasilnya, Indonesia mampu melakukan swasembada pangan. Meski modal diperoleh dengan cara yang kurang bijak, setidaknya mampu membuktikan keperkasaan pertanian bangsa ini bila dikembangkan secara intensif.
Dari penjabaran ini, dapat disimpulkan bahwa makna Tagline yang saya usung ini adalah "Apabila kekuatan negara terfokus pada bidang pertanian, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang berdikari dalam hal penyediaan pangan". Jika pertanian maju, maka ketersediaan pangan cukup. Jika ketersediaan pangan cukup, maka bahan pangan mudah didapat. Jika bahan pangan mudah didapat, maka kehidupan rakyat makmur dan tidak ada rakyat yang kelaparan.
0 comments